Mendikdasmen: Bahasa Inggris Mata Pelajaran Wajib di Tahun 2027
“Kebijakan ini merupakan implementasi nyata dari Peta Jalan Pendidikan Nasional yang menekankan bahwa kemahiran berbahasa asing khususnya Bahasa Inggris adalah instrumen kunci dalam mengembangkan profil lulusan yang produktif dan kompetitif secara global,” katanya, melalui siaran pers, Sabtu (11/10/2025).
Baca juga: 20 Contoh Soal Report Text Lengkap Beserta Kunci Jawabannya
Dia menjelaskan, arah kebijakan pembelajaran Bahasa Inggris dalam Peta Jalan Pendidikan Nasional 2025 – 2045 yang bertumpu pada tiga pilar transformasi yaitu pemerataan akses kualitas layanan pendidikan, peningkatan kompetensi guru dan tenaga kependidikan, serta transformasi pembelajaran menuju pendidikan mendalam (deep learning) yang berorientasi pada masa depan, produktif dan kompetitif.
Mendikdasmen yang berbicara pada Konferensi Internasional TEFLIN (Teaching English as a Foreign Language) ke-71 di Universitas Brawijaya, Malang ini juga menegaskan pentingnya teknologi dan kecerdasan buatan dalam pembelajaran Bahasa Inggris. “Meskipun teknologi sangat membantu, namun ia tidak dapat menggantikan peran guru,” katanya.
Baca juga: 10 Contoh Ucapan Selamat Hari Kartini dalam Bahasa Inggris untuk Berbagai Momen
Sejalan dengan kebijakan pembelajaran mendalam (deep learning), salah satu mata pelajaran opsional adalah koding dan kecerdasan buatan yang dapat diintegrasikan dengan pembelajaran bahasa Inggris.
Mendikdasmen mengakui bahwa kompetensi guru Bahasa Inggris saat ini masih perlu ditingkatkan. “Mulai tahun depan kita akan menyelenggarakan pelatihan intensif untuk guru Bahasa Inggris,” jawabnya.
Sebagai tindak lanjut, Kemendikdasmen melalui Direktorat Jenderal Guru dan Tenaga Kependidikan merancang program peningkatan Kompetensi Guru Sekolah Dasar dalam Mengajar Bahasa Inggris (PKGSD MBI).
Program ini bertujuan meningkatkan kemahiran bahasa Inggris Guru SD untuk mencapai level CEFR (Common European Framework of Reference for Language) A2, dengan fasilitator nasional minimal level B1+.
Program ini dibuat dengan prinsip pembelajaran mindful (berkesadaran), joyful (menyenangkan), meaningful (bermakna), serta terintegrasi dalam sistem LMS untuk mendukung pembelajaran digital yang berkelanjutan.
Salah satu peserta konferensi, Risma Riansih, guru SMAN 1 Lubuk Linggau, yang saat ini sedang menempuh studi S3 mengaku sangat antusias mengikuti Konferensi Internasional ke-71. Ia mengikuti acara tersebut untuk terus mengembangkan kompetensinya sebagai pendidik. Dari konferensi ini, ia memperoleh ilmu baru tentang teknik mengajar dan penggunaan kecerdasan buatan dalam pembelajaran.
Risma mengatakan, kecerdasan buatan tidak dapat menggantikan peran guru, melainkan hanya sebagai pendukung. “Guru tetap dibutuhkan kapanpun dan di manapun. Kecerdasan buatan hanya sebagai partner saja,” ujarnya. Ke depan, ia berencana mengajarkan siswa-siswanya untuk memanfaatkan AI dengan bijak tanpa menjadikannya sebagai satu-satunya alat berpikir.