Pendidikan M. Afifuddin, Ketua KPU: Dari Santri Hingga Disanksi
Belakangan ini, nama Mochammad Afifuddin, Ketua KPU Republik Indonesia, ramai jadi perbincangan publik. Bukan tanpa alasan, beliau baru saja menerima sanksi peringatan keras dari Dewan Kehormatan Penyelenggara Pemilu (DKPP) bersama lima rekan penyelenggara pemilu lainnya.
Apa pasal? Semuanya bermula dari penggunaan pesawat jet pribadi yang menelan biaya fantastis, sekitar Rp90 miliar, saat tahapan Pemilu 2024. Tentu saja, hal ini menimbulkan pertanyaan besar tentang prinsip efisiensi dan kesederhanaan yang harusnya dipegang teguh oleh pejabat publik.
Tapi, di balik hiruk pikuk kontroversi ini, tahukah Anda seperti apa sebenarnya pendidikan Mochammad Afifuddin dan perjalanan kariernya yang tak kalah menarik? Yuk, kita telusuri lebih dalam profil beliau!
Latar Belakang Kontroversi: Ketua KPU Disanksi DKPP
Mengapa Mochammad Afifuddin Disorot?
Pada sidang pembacaan putusan di Jakarta, Selasa (21/10/2025), DKPP menyatakan bahwa penggunaan jet pribadi tersebut tidak sesuai dengan Kode Etik Penyelenggara Pemilu (KEPP). Sebuah keputusan yang cukup mengejutkan banyak pihak, bukan?
Kejadian ini sontak memicu beragam reaksi, mengingat posisi Ketua KPU yang krusial dalam menjaga integritas dan kepercayaan publik terhadap proses demokrasi.
Pelanggaran Kode Etik yang Disayangkan
DKPP menegaskan bahwa tindakan itu tidak mencerminkan nilai-nilai efisiensi dan kesederhanaan. Padahal, dua prinsip ini sangat esensial bagi lembaga sekelas KPU.
Bagaimana tidak, biaya sewa jet pribadi yang mencapai puluhan miliar rupiah tentu jauh dari kesan hemat dan bersahaja. Ini menjadi pelajaran penting bagi semua penyelenggara negara, termasuk KPU itu sendiri, untuk selalu mengedepankan etika dan transparansi dalam setiap tindakan.
Jejak Akademis Cemerlang: Riwayat Pendidikan Mochammad Afifuddin
Meski kini tersandung masalah etik, tak bisa dipungkiri bahwa Mochammad Afifuddin memiliki latar belakang pendidikan yang solid dan perjalanan akademis yang patut diacungi jempol. Ini dia seluk-beluk pendidikan Mochammad Afifuddin yang mungkin belum banyak diketahui!
Masa Kecil dan Pendidikan Dasar
Lahir di Sidoarjo, Jawa Timur, pada 1 Februari 1980, Afifuddin tumbuh di lingkungan yang sederhana. Desa Pejangkungan, Kecamatan Prambon, Kabupaten Sidoarjo, menjadi saksi masa kecilnya.
Ia adalah anak laki-laki tunggal dari empat bersaudara, dengan orang tua yang berprofesi sebagai pedagang kelontong dan petani. Bayangkan, dari keluarga sederhana ini, muncullah seorang Ketua KPU!
Pendidikan dasarnya ditempuh di sekolah negeri pagi hari, dan madrasah ibtidaiyah (MI) pada sore hari. Lingkungan santri kampung membentuk karakternya sejak dini.
Perjalanan di UIN Syarif Hidayatullah
Setelah menamatkan pendidikan dasar, Afifuddin melanjutkan studinya ke Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta. Di sana, ia berhasil meraih gelar Sarjana Tafsir Hadits pada tahun 2004.
Semasa kuliah, ia dikenal sangat aktif berorganisasi. Bahkan, ia pernah menjabat sebagai Presiden Mahasiswa UIN Syarif Hidayatullah Jakarta pada periode 2000–2001.
Tak hanya itu, kiprahnya juga terlihat di Pergerakan Mahasiswa Islam Indonesia (PMII), mulai dari Komisariat UIN hingga dipercaya menjadi Wakil Sekretaris Jenderal dan Bendahara Umum PB PMII. Jiwa kepemimpinannya sudah terlihat sejak muda!
Menuju Magister Ilmu Komunikasi di UI
Afifuddin tak berhenti sampai di situ. Ia melanjutkan pendidikan pascasarjana di Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Indonesia (UI). Prestasi gemilang kembali diraihnya dengan gelar Magister Ilmu Komunikasi pada tahun 2007, dengan fokus pada Komunikasi Politik.
Ini menunjukkan komitmen beliau pada pengembangan diri dan ilmu pengetahuan yang mendalam.
Dedikasi di Dunia Kepemiluan: Karier Mochammad Afifuddin
Perjalanan karier Mochammad Afifuddin di dunia kepemiluan juga sangat panjang dan penuh dedikasi. Ini membuktikan bahwa sebelum menjabat Ketua KPU, beliau sudah lama berkecimpung di ranah ini.
Langkah Awal sebagai Relawan Pemilu
Kariernya dimulai sejak sangat muda, lho! Tepatnya saat menjadi relawan pemantau tempat pemungutan suara (TPS) dalam Pemilu 1999. Dari sinilah kecintaannya pada proses demokrasi mulai bersemi.
Peran Penting di Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR)
Setelah lulus magister, ia bergabung dengan Pusat Pengembangan Sumber Daya Manusia UIN Syarif Hidayatullah, fokus pada isu Islam dan demokrasi. Kemudian, ia aktif di Sekretariat Nasional Jaringan Pendidikan Pemilih untuk Rakyat (JPPR).
Di JPPR, kariernya menanjak pesat. Berbagai posisi strategis pernah diembannya, seperti:
- Manajer Riset (2009–2011)
- Koordinator Nasional (2013–2015)
- Dewan Pengarah JPPR (2015–2017)
Pengalaman ini tentu sangat membentuk pandangannya tentang pentingnya pendidikan pemilih dan partisipasi publik.
Kontribusi pada Aksesibilitas Pemilu
Tak hanya itu, pada tahun yang sama (2015–2017), Afifuddin juga berperan sebagai Program Advisor General Election Network for Disability Access. Sebuah lembaga yang sangat fokus pada aksesibilitas penyandang disabilitas dalam pemilu. Ini menunjukkan kepeduliannya pada inklusivitas.
Bisa dibilang, jejak karier beliau adalah refleksi dari komitmen yang kuat terhadap proses demokrasi yang adil dan merata. Mari kita simak juga berita terbaru seputar KPU.
Penutup: Memahami Sosok Ketua KPU
Itulah sekilas gambaran lengkap mengenai pendidikan Mochammad Afifuddin dan perjalanan kariernya yang tak bisa dianggap remeh. Meski kini menghadapi tantangan berupa sanksi etik, rekam jejak akademis dan profesionalismenya tetap menjadi bagian penting dari profil beliau.
Semoga artikel ini bisa memberikan pemahaman yang lebih komprehensif tentang sosok Ketua KPU ini, serta menjadi pengingat akan pentingnya integritas dalam setiap peran publik.